Pengakuan di Atas Seragam

Cerita ini dibuat untuk event LMCR Rohto 2009, dan menjadi salah satu cerpen favorit.

Akhirnya hari ini aku lulus SMA. Semua murid kelas tiga di sekolahku berpesta-pora, karena tingkat kelulusan di sekolah kami adalah seratus persen. Tentunya ini adalah hal yang cukup istimewa mengingat beberapa tahun terakhir ini ujian nasional selalu menjadi momok yang menakutkan bagi setiap siswa kelas tiga di Indonesia. Sekolahku memang termasuk sekolah unggulan, tapi tetap saja ini adalah sesuatu yang luar biasa bagi kami.

Kami merayakan keberhasilan ini dengan tradisi yang sangat kuno, dan kebetulan sekolahku termasuk yang cukup liberal Continue reading Pengakuan di Atas Seragam

Airen, Ada Hadiah

Perempuan cantik itu tergeletak tak berdaya di hadapanku, baru beberapa menit yang lalu ia menutup mata dan mengakhiri hidupnya. Kini, hanya ada aku dan tubuh perempuan itu di dalam bangunan terbengkalai ini. Garis-garis cahaya matahari dari luar menembus sela-sela kayu atap bangunan yang seolah akan rubuh. Ada banyak bayangan yang jatuh di sekitar kami. Ruangan itu cukup luas, namun tak ada suara apapun selain beratnya hembusan nafasku dan suara detak jantung yang tak pernah melambat sedikitpun.

Kupeluk tubuh perempuan itu. Ia, perempuan yang paling aku cintai, kini berada dalam dekapanku, dingin dan bersimbah darah. Tanganku juga Continue reading Airen, Ada Hadiah

Momentum

Cerpen ini dibuat untuk event Tantangan di Kemudian, pada tahun 2008

Schnee

Salju itu hinggap di kelopak matanya. Basah. Andra berdiri di sampingku sambil memegang kameranya, sesekali membersihkan salju yang menempel pada benda kesayangannya itu. Hari ini ada banyak objek lagi yang ingin ia amati, tapi ia terlihat agak lelah siang ini. Kulit wajahnya mulai terlihat pucat seperti orang-orangan salju. Aku mengenggam tangannya dan mengajak ia berteduh di teras rumah kami yang mungil. Semburat senyum tenang merekah di bibirnya sambil berlari kecil mengikuti langkahku. Aku tertawa Continue reading Momentum