Setidaknya

setidaknya tirai telah ditutup
dan para penonton beranjak bangkit dari kursinya
melanjutkan cerita baru,
peran-peran yang lainnya
meninggalkan hantu-hantu terkurung
di lorong, di ruang rias, di belakang panggung
di gudang penyimpanan rasa malu dan penyesalan

lalu kita berbincang ringan di lobi
mengulas sambil menertawai diri
mereka bilang komedi adalah tragedi
yang jinak dibilas waktu

setidaknya gerbang telah ditutup
dan para penonton beranjak pergi dari parkiran
sambil berjabat tangan, saling menitip pesan:

bersyukurlah
setidaknya kakimu masih melangkah pulang
meski terseok dan penuh lumpur
bersyukurlah
setidaknya kamu
tidak hancur
lebur

maka berjalanlah
dengan napas sekepal demi sekepal
selembar demi selembar
hanya saja
setiap yang selamat harus menggenapi satu syarat
: utangmu pada kehidupan
adalah lelah menjalaninya

Published by

Muhamad Rivai

Muhamad Rivai lahir di Jakarta pada tahun 1988, tapi pindah ke kota Karawang saat kelas tiga SD. Pada tahun 2006 ia pindah ke Bandung untuk mengikuti kuliah di FSRD ITB. Setelah lulus, ia pulang kembali ke Jakarta untuk menekuni dunia tulis-menulis sambil mencari nafkah sebagai pekerja. Tulisan-tulisannya berupa cerpen dan puisi selama ini dimuat di blog pribadi dan di situs Kemudian dengan nama someonefromthesky. Pernah menerbitkan buku kumpulan cerpen Setelah Gelap Datang (Indie Book Corner, 2012), menyumbangkan satu cerpen di buku Cerita Horor Kota (PlotPoint, 2013), dan pernah juga mempublikasikan kumpulan cerpen digital berjudul Distorsi Mimpi (2009).