Lemari Pemakan Rambut

 

Widya tidak paham kenapa lemari tua itu selalu memakan rambutnya. Setiap kali ia duduk bersandar di pintu lemari, satu atau dua helai rambutnya selalu terjepit dan putus. Pagi tadi, lemari itu kembali memakan rambutnya sebagai sarapan. Saat itu Widya sedang bersolek sambil duduk membelakangi lemari, dan ketika ia bangkit berdiri, ia menjerit kesakitan karena kepalanya terasa ditarik dengan kuat. Ia menoleh. Dua helai rambut hitam panjangnya menjuntai di sela pintu lemari.

Untunglah ia sedang tidak terburu-buru. Setelah menenangkan diri dan menendang lemari sialan itu beberapa kali, ia berusaha membuka pintunya dengan sekuat tenaga. Pintu lemari dari kayu berukir itu memang berat. Itulah mengapa ia jarang sekali membukanya meski hanya untuk bersih-bersih. Lagipula isinya hanya pajangan. Ada foto pernikahannya yang sudah terlihat usang, satu set gelas keramik, dan boneka matryoshka oleh-oleh suaminya dari Eropa. Setelah menghabiskan beberapa menit, akhirnya pintu itu terbuka juga. Beberapa helai rambut berjatuhan dari sela-sela pintu. Dua helai paling panjang adalah rambutnya pagi tadi, beberapa helai lain yang lebih pendek adalah rambutnya tiga hari lalu, atau mungkin seminggu lalu. Ia tidak ingat sudah berapa banyak rambutnya yang dimakan lemari itu.

Setelah puas “membedah isi perut” sang lemari, ia pun mengambil sapu untuk membersihkan rambut-rambutnya yang berserakan. Ia berpikir, mungkin bukan lemari itu masalahnya. Mungkin rambutnya saja yang mudah patah. Berbagai sampo yang diklaim dapat menguatkan rambut telah ia coba, tapi tak ada yang benar-benar berhasil.

Pada malam harinya, Widya tidak bisa tidur. Ia berguling ke kanan dan kiri, hingga kepalanya terbentur sisi lemari yang memang berada di samping tempat tidurnya. Ia menyerah. Sudah beberapa hari ini ia mengalami gangguan tidur. Kepalanya pusing, tapi matanya terus terbuka. Antara sadar dan tidak, pikirannya mengembara ke berbagai hal. Ia membayangkan apa yang dilakukan suaminya saat ini. Apakah di sana masih siang? Apakah ia sedang sibuk bekerja?

Tahu-tahu, ayam tetangga sudah berkokok. Widya bangkit dari tempat tidurnya, lalu menarik napas panjang. Ketika ia menoleh ke arah lemari, ia melihat beberapa helai rambut mencuat keluar dari sela-sela pintunya. Ia benar-benar heran. Bukankah kemarin ia sudah membersihkan semua rambutnya yang ada di sela lemari? Seingatnya, ia belum duduk di depan lemari itu lagi. Jadi, rambut siapa itu?

Widya memandangi helaian rambut itu. Tidak hanya satu helai atau dua helai, tapi ada belasan; hitam dan tebal. Ia memajukan badannya, tangan kanannya meraba rambut itu, sementara tangan kirinya memegang rambutnya sendiri. Tidak ada bedanya. Apa mungkin semalam ia sempat tertidur, dan saat ia tertidur, lemari itu memakan rambutnya diam-diam?

Ia sudah memutuskan. Ditariknya kuat-kuat pintu lemari itu, tapi otot-otot tangannya yang masih lemas tidak sangup menggeser kayu berat itu sesenti pun. Ia menarik napas dalam, lalu melakukan peregangan. Ia mencoba lagi. Kali ini dengan dua kali tarikan yang membuat lengannya terasa hampir putus, terdengar suara pop yang sangat keras. Pintu lemari itu terbuka. Ada benda lain yang tak ia harapkan terlihat di sana. Rambut itu rupanya menempel pada sebuah bola, dan bola itu menggelinding ke luar lemari hingga akhirnya berhenti di ujung jari kaki Widya.

Tentu saja, itu bukan bola. Itu kepala manusia. Widya menjerit dan melompat ke belakang hingga punggungnya menghantam dinding. Kepala itu terus menggelinding ke arahnya. Jeritan Widya semakin kencang. Saat wajah itu menatap lurus ke arahnya, ia menyadari bahwa itu adalah kepalanya sendiri, yang dipotong, yang disembunyikan di dalam lemari, bersama bagian tubuhnya yang lain, oleh seseorang.

———————

Ide cerita: Ary Dharmayanti

Illustration By: RichtCC BY 2.0