Kehidupan Setelah Mimpi

Ketika seseorang mati di dalam mimpimu, ke manakah ia akan pergi? Apakah ia akan pergi ke kehidupan selanjutnya, ataukah ia akan hilang menguap bersama ingatan dan kesadaranmu? Pertanyaan konyol itu tak pernah terlintas dalam benakku, kecuali setiap kali aku pulang ke kota ini dan menemukan Nurul Romayani sedang duduk di halaman rumahnya, terkadang sambil melamun, terkadang sambil menyisir rambutnya yang hitam panjang.

Nurul Romayani adalah seorang gadis dari tempat yang sangat jauh. Sejak datang ke sini, ia pernah dibawa ke rumah sakit jiwa meski kemudian melarikan diri. Setelah berkali-kali mencoba Continue reading Kehidupan Setelah Mimpi

Hari Ini Saya Tidak Mengantuk

Seharian ini mata saya terasa jernih dan mulut saya hampir tidak menguap sama sekali, padahal saya yakin bahwa semalam saya kurang tidur. Sangat kurang. Kira-kira pukul setengah satu dini hari saya baru naik ke tempat tidur karena baru saja selesai mengetik di laptop. Sebelumnya saya sempat memeriksa kolong lemari karena ada seekor tikus kecil yang masuk beberapa jam lalu. Ada perasaan menyesal mengapa saya tidur selarut itu.

Posisi tidur sudah nyaman dan semua lampu di kamar telah padam. Saya berbalik ke kanan, telentang, balik ke kiri, lalu kembali ke kanan, tapi rasa kantuk tak juga muncul. Saya pejamkan mata, lalu mencoba mengosongkan pikiran, menghitung angka, atau membaca doa, tapi sia-sia. Satu jam berlalu, mata saya masih bisa terbuka lebar dan jernih. Padahal saya tidak meminum kopi dua hari belakangan ini karena batuk dan flu yang sedang menyerang. Oh, mungkin karena batuk itu. Mungkin karena tenggorokan saya terasa gatal setiap lima belas menit sekali sehingga saya tidak bisa tidur. Namun yang saya rasakan bukanlah rasa kantuk yang terganggu, melainkan rasa kantuk yang tidak muncul sama sekali.

Saya bergelut dengan waktu dan kebosanan hingga jam dinding menunjukkan pukul setengah empat pagi. Sebentar lagi Subuh. Saya bertanya-tanya, mungkinkah sebenarnya saya sempat tertidur tanpa sadar? Kalau tidak, gawat. Berarti hari ini saya harus pergi ke kantor tanpa tidur sama sekali. Saya membayangkan mata saya akan perih ketika menghadapi monitor komputer dan saya akan ketiduran saat mendengarkan khutbah Jumat. Anehnya, semua itu tak terjadi.

Sekarang sudah pukul lima sore dan mata saya masih terasa jernih. Tidak ada rasa kantuk yang menyerang siang tadi seperti siang-siang biasanya. Tubuh saya terasa lemas, tapi ada energi dan adrenalin yang mendorong kesadaran saya sepanjang hari, entah dari mana, entah untuk apa. Pertanyaan itu muncul lagi: benarkah saya tidak tidur tadi malam?

Lalu saya ingat bahwa semalam saya sempat bermimpi–yang artinya pasti saya sempat tertidur. Mimpi itu, mimpi yang sangat buruk itu, entah terjadi pada jam berapa. Dalam mimpi itu ada darah membanjiri lantai, ada potongan tubuh manusia bergeletakan, dan ada orang-orang yang saya kenal sedang mencincang manusia lain dengan santai seolah semua itu wajar. Dalam mimpi itu saya ketakutan; mata terbelalak lebar, jantung berdetak kencang, dan kaki merangkak sekuat tenaga. Saya tidak ingat apakah dalam mimpi itu saya berhasil melarikan diri atau masih terus berlari, berlari hingga sekarang.

Sekarang matahari mulai merangkak turun dan mata saya masih terasa jernih, terbuka lebar, seperti sedang mewaspadai sesuatu.

Illustration By: WaithamaiCC BY 2.0

Bermimpi dan Terjaga

Aku terbangun, duduk tegak di atas tempat tidurku. Keringat mengucur deras di pelipis dan leherku. Sambil meluruskan badan, aku berusaha mengatur nafas yang terengah-engah. Aku baru saja bermimpi buruk. Mimpi yang membuatku kelelahan dan kehabisan tenaga. Kulihat jam di ponselku, jam delapan pagi. Sudah kesiangan rupanya.

Sulit sekali mengingat mimpi apa yang kualami, tapi rasanya mimpi itu sangat panjang. Rasanya aku sudah tidur berhari-hari, dan sekarang baru sadar kalau aku bisa terjaga. Sepertinya aku Continue reading Bermimpi dan Terjaga