Airen, Ada Hadiah

Perempuan cantik itu tergeletak tak berdaya di hadapanku, baru beberapa menit yang lalu ia menutup mata dan mengakhiri hidupnya. Kini, hanya ada aku dan tubuh perempuan itu di dalam bangunan terbengkalai ini. Garis-garis cahaya matahari dari luar menembus sela-sela kayu atap bangunan yang seolah akan rubuh. Ada banyak bayangan yang jatuh di sekitar kami. Ruangan itu cukup luas, namun tak ada suara apapun selain beratnya hembusan nafasku dan suara detak jantung yang tak pernah melambat sedikitpun.

Kupeluk tubuh perempuan itu. Ia, perempuan yang paling aku cintai, kini berada dalam dekapanku, dingin dan bersimbah darah. Tanganku juga Continue reading Airen, Ada Hadiah