Lompatan Si Komang

Dua belas tahun yang lalu, ayahku pernah meninggal. Aku masih ingat, peristiwa itu terjadi satu hari sebelum ulang tahunku yang ke sepuluh. Biasanya ba’da Maghrib ayahku pulang dengan tubuh bercucuran keringat (ia sengaja berjalan kaki dari kantor demi menghemat ongkos), lalu ia akan meminum segelas besar air putih di ruang makan dan mengajak ibuku mengobrol. Namun malam itu ia pulang dalam keadaan yang berbeda. Tubuhnya memang penuh keringat, tapi tangan kanannya tidak memegang gelas. Ia malah memegangi dada kirinya yang kembang kempis, sementara napasnya terengah-engah, lalu ia jatuh dari kursi dengan suara berdebam yang keras.

Continue reading Lompatan Si Komang

[Audio] Lemari Pemakan Rambut

Saya tidak punya suara yang merdu, juga tidak memiliki peralatan dan kemampuan audio editing yang memadai. Namun karena ada yang mengusulkan untuk membuat versi audio dari cerita ini, saya mencoba membuatnya. Kualitas audionya masih buruk, memang. Apa boleh buat, terlalu mahal untu membayar pembaca dan perekam profesional. Namun kalau ada yang iseng, siapa pun boleh membaca dan merekam cerpen dalam blog ini, selama untuk tujuan non-komersial.